Rabu, 20 Juni 2012

hadits iman

Sekali-sekali posting materi kuliah yaa???hehee
biar gak disindir pak Dosen melulu, karna isinya cuman aktor korea, hehee
semoga bermanfaat yaa >.<


I. Pendahuluan
Bismillahirrohmanirrahim
Dengan nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji-pujian bagi Alloh, pemelihara sekalian Alam. Shalawat disertai salam atas yang paling mulia di antara rasul-rasulnya. Muhammad Rasul yang Amin, dan atas sekalian keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Dalam tugas hadits ini penulis mencoba memberikan penafsiran global tentang keimanan khususnya dalam realita sosial. Keimanan bisa juga dijumpai dalam realita kehidupan dalam bermasyarakat, misalnya saja keimanan mencontohkan kita agar tidak menyakiti tetangga, memuliakan tamu bahkan menganjurkan kita untuk mencintai atau berkasih sayang dengan sesama kita.



II. Pembahasan
اعإن ا نسٍ رضي لله عنه عنِ انِّبِيّ  صلّي الله عليه و سلّم قْا لا : لل يُو  مِن أ حدُ  كُم حتّي يُحِّبَّ لا حِيهِ ما يُحِب لِنفسِه
 ٠٠ رواه البخاري و مسلم و أ حمد و ا لنسا ي
“Dari Anas ra, dari Nabi SAW,  beliau bersabda : “Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”
(H.R. al-bukhori, Muslim, Ahmad dan nasa’i)
Para ulama berpendapat “Bahwa makna hadits tersebut adalah seseorang tidak akan memiliki keimanan yang sempurna. Sebab pokok keimanan sudah bisa dicapai oleh seseorang sekalipun tidak memiliki sifat yang disebutkan didalam hadits tersebut. Sedangkan makna mencintai saudaranya adalah pada hal-hal yang ada kaitannya dengan ketaatan dan yang hukumnya mubah, (bukan hal-hal yang haram). Keterangan ini bisa dilihat pada  riwayat versi An-nasaa’i yang terungkap dalam hadits berikut (salah seorang diantara kalian tidak beriman) sampai dia mencintai saudaranya pada hal-hal yang menyangkut kebaikan sebagaimanadia mencintai dirinya sendiri.
            Asy syaikh Abu ‘Amr bin Ash-Shidiq berkata “Hal ini terkadang dikatagorikan sebagai sesuatu yang sangat sulit direalisasikan. Padahal sebenarnya bukanlah seperti itu. Sebab makna hadits itu adalah tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Dengan demikian proses realisasi hal ini (mencintai saudara semuslim seperti mencintai dirinya sendiri) sudaj bisa dicapai hanya dengan tidak berniat menyaingi saudaranya itu dengan tujuan yang kurang baik. Misalnya dengan tidak akan mengurangi kenikmatan yang diterima oleh salah seorang saudaranya. Bersikap seperti ini sebenarnya cukup mudah orang yang memiliki hati sehat dan sebaliknya akan sangat sulit bagi orang yang hatinya menyimpan rasa dendam.

III.                    Penutup
Realita yang kita jumpai dalam masyarakat, banyak sekali perpecahan, saling anarkis, tawuran antar sesama muslim, karena kurangnya kasih sayang antar sesama dan kurangnya solidaritas. Kadang mereka tidak mau tahu ataupun sekedar mau mengambil pelajaran dari nilai-nilai moral.
Sudah selayaknya manusia sebagai makhluk sosial, berkeharusan menyayangi sesama. Menyayangi sesama pun dalam hadits diatur. Dalam hadits tesebut berbunyi tidak akan sempurna keimanan sesorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, sangatlah jelas dalam hadits pun hal-hal kecil diatur dan betapa banyak hikmah yang bisa dambil. Contoh yang sangat sederhana dalam realita sehari-hari adalah mendo’akan saudaranya. Mendo’akan saudaranya saja sudah termasuk dalam katagori keimanan. Sudah sejak dulu hubungan tentang berkasih sayang telah diatur dalam al-qur’an.