“Guru Muda”
Siang hari yang sangat panas, matahari seakan membuat kulit terbakar.Membuat aku dan kawan-kawan enggan beranjak dari mushola. Perlahan dengan rasa malas aku balik ke kelas. Kelasku super duper gaduhnya, menyaingi pasar kambing,hehe .Jam terakhir ini sangat membosankan bagiku. Hmmt pelajaran Seni Budaya. Entah kenapa dari dulu aku tak pernah tertarik sedikit pun dengan pelajaran itu. Apalagi gurunya monoton abis dehh. (maaf ya guru, aku tak bermaksud)
Tapi entah mengapa guru seni budaya itu selalu banyak fansnya. Apalagi teman sekelasku yang heboh sendiri kalau lagi cerita tentang Pak Widi. Ya Pak Widi, itulah panggilan akrabnya. Yah namanya juga guru lajang dan guru satu-satunya yang betah ngajar di SMK Harapan. Dari sekian banyak temanku, Nanda Lah yang paling heboh menggunjing guru muda itu. Suara ketukan sepatu, yang agak diseret-seret. Pasti itu sepatu guru muda. Muka Nanda langsung memerah setelah guru muda itu memasuki ruangan kelasku.
Dari sekian hari, lama-lama guru muda itu selalu jadi topik utama buat gengku. Apapun yang dilakukan guru muda, gengku pasti selalu memberi komentar, mulai penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut, dan hal-hal nyleneh lainnya.Pokoknya gag ada habisnya ngomonginn guru muda itu. Ternyata oh trnyata si Nanda mulai simpati sama Pak Widi. Membuat aku dan teman-temanku semakin gencar menggodanya. Ah guru muda itu senyumnya terlalu pahit untuk dikenang (hmmt, maksudku manis deng ).
Hari-hari di kelas XII terasa cepat berlalu, tanpa kusadari pelajaran yang membosankan itu berubah menjadi menyenangkan, kenapa bisa begitu ? Aku juga tak tau. Pak Widi walaupun masih muda sering memberi wejangan-wejangan yang membuat kami luluh. Pak Widi yang dulunya biasa saja kini juga berubah. Sekarang jadi sok deh, karena banyak disukai murid-murid.
Setelah beberapa waktu menjelang Ujian akhir sekolah. Nanda temen sekelasku semakin menggilai Pak Widi. Dia jadi rajin ngomongin Pak Widi. Mulai berangkat sekolah sampai pulang sekolah tak lepas dari guru muda itu. Sampai aku bosan mendengarnya. Ternyata Pak Widi juga menunjukkan sinyal-sinyal kepada Nanda. Pak Widi Sering mencuri pandang denga Nanda, walhasil Nanda pun juga ge-er. Hati Nanda menjadi berbunga-bunga dan merasa melambung ke luar angkasa tinggi nan jauh di sana.Senengnya gak karuan padahal Cuma disapa dan diksih senyuman.
Tinggal menunggu beberapa jam saja Ujian nasional sudah di depan mata. Ujian nasional yang menjadi momok bagi setiap pelajar itu akan kami hadapi besok. Segala persiapan sudah kami persiapkan dengan matang. Tak hanya do’a tetapi juga meminta maaf dengan guru-guru. Tak ketinggalan aku dan gengku minta doa restu dan maaf kepada Pak Widi. Dan betapa semangatnya Nanda untuk bertemu dengan Pak Widi. Sampai dikantor dengan perasaan tak karuan Nanda berkata kepada pak Widi “ Pak saya minta maaf dan doa restu agar bisa melaksakan ujian nasional dengan lancar” tak lupa dengan menyalami tangan pak Widi..
Dengan tegas pak Widi menjawab “ Iya Nduk sama-sama, moga-moga kamu dapat melaksakan ujian nasional dengan lancar den mendapat nilai yang memuaskan”,
“Makasih ya Pak” balas Nanda, lalu segera berlalu meninggalkan kantor.
Waktu berjalan dengan cepat, hingga akhirnya pengumuman kelulusan tiba, setelah menunggu beberapa minggu dengan harap-harap cemas. Dengan perasaan yang bercampur aduk antara bahagia akan segera beranjak dari SMA dan juga takut kalau gak lulus. Kelas 12 IPA 2 dinyatakan lulus semua. Tangis pecah, semua anak-anak menjerit histeri ketika mereka dinyatakan lulus.
Aku dan sahabat aku langsung pulang. Di jalan-jalan dipenuhi polisi-polisi yang mengatur ketertiban dan pelajar yang urakan dengan baju dicorat-coret dengan naik sepeda motor mengelilingi kompleks sekolahan.
Tiba saatnya perpisahan. Semua siswa siswi kelas 12 merakan perpisahan di gedung yang mewah beserta orang tua masing-masing. Acara tersebut juga menampilkan pentas seni. Ternyata Pak widi juga ikut mengisi acara tersebut. Nanda pun dating paling awal dan duduk di kursi paling depan agar dapat melihat Pak Widi dengan jelas. Inilah waktu yang paling ditunggu oleh Nanda. Ternyata Pak Widi juga ikut ngeband dengan guru-guru lain. Pak Widi juga membawa lagu andalannya dan lagu “AkU JATUH CINTA” yang selalu dibawakan. Dalam acara apapun itulah lagu yang selalu dinyanyikan. Entah kenapa, mungkin hanya itu yang dihapal (hehehee ).
Betapa senangnya Nanda saat pak Widi menyanyikan lagu itu. Dan pak Widi pun juga tak lupa mencuri pandang dengan Nanda. Nanda langsung merasa terbang kelangit ketujuh dan meluncur dengan paus acrobatic. Dia sangat girang. Tak lupa Nanda juga mengabadikan foto pak Widi dengan kamera di hpnya.
Acara perpisahan pun berakhir, saatnya berfoto dengan teman-teman dan para guru. Aku juga yang segeng dengan Nanda sibuk mencari pak Widi. Yah dengan malas aku menemani Nanda untuk minta foto dengan Pak Widi. Teryata pak Widi sedang duduk dikursi belakang sambil mengobrol dengan wanita. Wanita itu anggun sekali dengan jilbab biru dan terlihat sangat cantik. Aku juga belum pernah mengenal sebelumnya. Dan wanita itu bukan salah seorang guru di SMA Harapan. Begitu kami mendekati pak Widi, Pak Widi yang agak kaget dengan kedatangan kami, segera berdiri. Dengan tersenyum Ia berkata “ Perkenalkan ini Sarah, Sarah perkenalkan ini murid saya kelas 12 IPA 2”, Mbak sarah itupun menyalami kami satu persatu. Nanda bertanya” Mbak Sarah ini adik Bapak ya?”
“Bukan, Sarah ini tunangan saya, bulan depan kami akan menikah” jawab Pak Widi
Deg,betapa kagetnya Nanda mendengar itu, bagikan dunia kiamat. Belum sempat Nanda minta foto, Ia langsung berlalu, aku dan gengku segera menyusulnya. Tiba-tiba Nanda menangis. “Kenapa Nan?” tanyaku lugu
“Kenapa pak Widi gak bilang dari dulu, kalau ia sudah punya tunangan, Kenapa pak Widijuga selalu baik sama aku? Kenapa harus berakhir seperti ini?” menangislah Nanda sejadi-jadinya. Aku tau betapa sakit hatinya mengetahui kenyataan seperti ini. Kami diam, lalu mencoba menghibur Nanda. Dan mengajak Nanda pulang. Aku tau pasti sampai dirumah Nanda nangis terus gak bisa berhenti. Orang yang begitu diharapkan akan segera menikah. Oh inikah cinta? Sangat menyakitkan.
Esok harinya Nanda telpon Aku, “Ir aku besok berangkat ke Jakarta, Aku pamit ya”suaranya serak
“Kenapa secepat ini Nan?”
“Aku ingin segera bekerja di sana, dan secepat berangkat. Aku ingin hidup dengan hal-hal baru, dan ingin cepat melupakan pak Widi, maafkan aku ya, gak sempat menemui kamu” isaknya diseberang sana.
“Maafkan aku juga, semoga kamu jadi orang sukses di sana dan hati-hati ya” sahutku
“Iya terima kasih, salam untuk semua, wassalamualaikum”
“waalaikum salam” sahutku
Ya sekarang aku tau, bahwa cinta itu harus rela kehilangan. Kita harus sanggup kehilangan.
Siang hari yang sangat panas, matahari seakan membuat kulit terbakar.Membuat aku dan kawan-kawan enggan beranjak dari mushola. Perlahan dengan rasa malas aku balik ke kelas. Kelasku super duper gaduhnya, menyaingi pasar kambing,hehe .Jam terakhir ini sangat membosankan bagiku. Hmmt pelajaran Seni Budaya. Entah kenapa dari dulu aku tak pernah tertarik sedikit pun dengan pelajaran itu. Apalagi gurunya monoton abis dehh. (maaf ya guru, aku tak bermaksud)
Tapi entah mengapa guru seni budaya itu selalu banyak fansnya. Apalagi teman sekelasku yang heboh sendiri kalau lagi cerita tentang Pak Widi. Ya Pak Widi, itulah panggilan akrabnya. Yah namanya juga guru lajang dan guru satu-satunya yang betah ngajar di SMK Harapan. Dari sekian banyak temanku, Nanda Lah yang paling heboh menggunjing guru muda itu. Suara ketukan sepatu, yang agak diseret-seret. Pasti itu sepatu guru muda. Muka Nanda langsung memerah setelah guru muda itu memasuki ruangan kelasku.
Dari sekian hari, lama-lama guru muda itu selalu jadi topik utama buat gengku. Apapun yang dilakukan guru muda, gengku pasti selalu memberi komentar, mulai penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut, dan hal-hal nyleneh lainnya.Pokoknya gag ada habisnya ngomonginn guru muda itu. Ternyata oh trnyata si Nanda mulai simpati sama Pak Widi. Membuat aku dan teman-temanku semakin gencar menggodanya. Ah guru muda itu senyumnya terlalu pahit untuk dikenang (hmmt, maksudku manis deng ).
Hari-hari di kelas XII terasa cepat berlalu, tanpa kusadari pelajaran yang membosankan itu berubah menjadi menyenangkan, kenapa bisa begitu ? Aku juga tak tau. Pak Widi walaupun masih muda sering memberi wejangan-wejangan yang membuat kami luluh. Pak Widi yang dulunya biasa saja kini juga berubah. Sekarang jadi sok deh, karena banyak disukai murid-murid.
Setelah beberapa waktu menjelang Ujian akhir sekolah. Nanda temen sekelasku semakin menggilai Pak Widi. Dia jadi rajin ngomongin Pak Widi. Mulai berangkat sekolah sampai pulang sekolah tak lepas dari guru muda itu. Sampai aku bosan mendengarnya. Ternyata Pak Widi juga menunjukkan sinyal-sinyal kepada Nanda. Pak Widi Sering mencuri pandang denga Nanda, walhasil Nanda pun juga ge-er. Hati Nanda menjadi berbunga-bunga dan merasa melambung ke luar angkasa tinggi nan jauh di sana.Senengnya gak karuan padahal Cuma disapa dan diksih senyuman.
Tinggal menunggu beberapa jam saja Ujian nasional sudah di depan mata. Ujian nasional yang menjadi momok bagi setiap pelajar itu akan kami hadapi besok. Segala persiapan sudah kami persiapkan dengan matang. Tak hanya do’a tetapi juga meminta maaf dengan guru-guru. Tak ketinggalan aku dan gengku minta doa restu dan maaf kepada Pak Widi. Dan betapa semangatnya Nanda untuk bertemu dengan Pak Widi. Sampai dikantor dengan perasaan tak karuan Nanda berkata kepada pak Widi “ Pak saya minta maaf dan doa restu agar bisa melaksakan ujian nasional dengan lancar” tak lupa dengan menyalami tangan pak Widi..
Dengan tegas pak Widi menjawab “ Iya Nduk sama-sama, moga-moga kamu dapat melaksakan ujian nasional dengan lancar den mendapat nilai yang memuaskan”,
“Makasih ya Pak” balas Nanda, lalu segera berlalu meninggalkan kantor.
Waktu berjalan dengan cepat, hingga akhirnya pengumuman kelulusan tiba, setelah menunggu beberapa minggu dengan harap-harap cemas. Dengan perasaan yang bercampur aduk antara bahagia akan segera beranjak dari SMA dan juga takut kalau gak lulus. Kelas 12 IPA 2 dinyatakan lulus semua. Tangis pecah, semua anak-anak menjerit histeri ketika mereka dinyatakan lulus.
Aku dan sahabat aku langsung pulang. Di jalan-jalan dipenuhi polisi-polisi yang mengatur ketertiban dan pelajar yang urakan dengan baju dicorat-coret dengan naik sepeda motor mengelilingi kompleks sekolahan.
Tiba saatnya perpisahan. Semua siswa siswi kelas 12 merakan perpisahan di gedung yang mewah beserta orang tua masing-masing. Acara tersebut juga menampilkan pentas seni. Ternyata Pak widi juga ikut mengisi acara tersebut. Nanda pun dating paling awal dan duduk di kursi paling depan agar dapat melihat Pak Widi dengan jelas. Inilah waktu yang paling ditunggu oleh Nanda. Ternyata Pak Widi juga ikut ngeband dengan guru-guru lain. Pak Widi juga membawa lagu andalannya dan lagu “AkU JATUH CINTA” yang selalu dibawakan. Dalam acara apapun itulah lagu yang selalu dinyanyikan. Entah kenapa, mungkin hanya itu yang dihapal (hehehee ).
Betapa senangnya Nanda saat pak Widi menyanyikan lagu itu. Dan pak Widi pun juga tak lupa mencuri pandang dengan Nanda. Nanda langsung merasa terbang kelangit ketujuh dan meluncur dengan paus acrobatic. Dia sangat girang. Tak lupa Nanda juga mengabadikan foto pak Widi dengan kamera di hpnya.
Acara perpisahan pun berakhir, saatnya berfoto dengan teman-teman dan para guru. Aku juga yang segeng dengan Nanda sibuk mencari pak Widi. Yah dengan malas aku menemani Nanda untuk minta foto dengan Pak Widi. Teryata pak Widi sedang duduk dikursi belakang sambil mengobrol dengan wanita. Wanita itu anggun sekali dengan jilbab biru dan terlihat sangat cantik. Aku juga belum pernah mengenal sebelumnya. Dan wanita itu bukan salah seorang guru di SMA Harapan. Begitu kami mendekati pak Widi, Pak Widi yang agak kaget dengan kedatangan kami, segera berdiri. Dengan tersenyum Ia berkata “ Perkenalkan ini Sarah, Sarah perkenalkan ini murid saya kelas 12 IPA 2”, Mbak sarah itupun menyalami kami satu persatu. Nanda bertanya” Mbak Sarah ini adik Bapak ya?”
“Bukan, Sarah ini tunangan saya, bulan depan kami akan menikah” jawab Pak Widi
Deg,betapa kagetnya Nanda mendengar itu, bagikan dunia kiamat. Belum sempat Nanda minta foto, Ia langsung berlalu, aku dan gengku segera menyusulnya. Tiba-tiba Nanda menangis. “Kenapa Nan?” tanyaku lugu
“Kenapa pak Widi gak bilang dari dulu, kalau ia sudah punya tunangan, Kenapa pak Widijuga selalu baik sama aku? Kenapa harus berakhir seperti ini?” menangislah Nanda sejadi-jadinya. Aku tau betapa sakit hatinya mengetahui kenyataan seperti ini. Kami diam, lalu mencoba menghibur Nanda. Dan mengajak Nanda pulang. Aku tau pasti sampai dirumah Nanda nangis terus gak bisa berhenti. Orang yang begitu diharapkan akan segera menikah. Oh inikah cinta? Sangat menyakitkan.
Esok harinya Nanda telpon Aku, “Ir aku besok berangkat ke Jakarta, Aku pamit ya”suaranya serak
“Kenapa secepat ini Nan?”
“Aku ingin segera bekerja di sana, dan secepat berangkat. Aku ingin hidup dengan hal-hal baru, dan ingin cepat melupakan pak Widi, maafkan aku ya, gak sempat menemui kamu” isaknya diseberang sana.
“Maafkan aku juga, semoga kamu jadi orang sukses di sana dan hati-hati ya” sahutku
“Iya terima kasih, salam untuk semua, wassalamualaikum”
“waalaikum salam” sahutku
Ya sekarang aku tau, bahwa cinta itu harus rela kehilangan. Kita harus sanggup kehilangan.